I//
dari sudut-sudut perkampungan
aku bagai seekor kupu-kupu asing dibalik lambaian
yang berkeliaran tanpa aroma-aroma nektar
seperti cacing buta di celah-celah semak
II//
di bawah bayangan ranting-ranting pohon tua
diam-diam perempuan berselendang merah tua itu lewat
menelusuri jalan sempit di tepi kali
dan sinar matahari yang meleset bergetar di matanya
III//
melalui dataran rendah berkotak-kotak
aku mencoba menyusup tatapan lebih jauh di landasan yang dangkal
apakah ia tertawa kecil untuk merenungkannya
sementara hembusan dari arah selatan baru saja memberi peringatan
IV//
di atas rumput-rumput yang lapar hujan
aku taat menanti kata-kata pertamanya
bahwa suatu senja jurang mencintai bagai sebuah lagu yang ramah di kedua telinga
seraya mengucap: aku tenang bagai Hawa di taman Firdaus
V//
dan esok akan menjadi awal dari semua jalan
di mana rumput basah dapat mengembalikannya
bagi dua insan yang berjalan di tegalan dengan lapar karena cinta
dan terbang bersama untuk memanggil senja mencatatnya
----
Atambua, 09 Maret 2020
Ilustrasi Media: @yoventa_n
Enjoyed this article? Stay informed by joining our newsletter!