Kutarik nafas berat, ada beban mulai terasa dipundak, cinta Fahri padaku. Diluar dugaan, kebersamaan diantara kami telah melahirkan cinta dihati Fahri, cowok berwajah indo itu ternyata diam-diam mencintaiku dan parahnya saat ini aku tidak bisa memikirkan cinta, setelah luka masa lalu itu belum juga kering. Lalu aku harus bagaimana?
Untuk hal ini aku tidak ingin menceritakan hal ini kepada siapapun,
"ada apa, Ija?"
Suara Fatwa tiba-tiba mengagetkanku, cepat-cepat kuhapus air mataku dan bersikap biasa-biasa saja sambil menyembunyikan surat Fahri yang masih dalam genggamanku.
"Nggak apa-apa, gimana, jela-jelas kulihat matamu basah"
Fatwa membalikkan tubuhku dan merampas surat yang ada dalam genggamanku.
"ini, apa?"
Fatwa kemudian membaca surat itu, kemudian menatapku.
"Dapat surat cinta, kok malah sedih?"
Fatwa sedikit bercanda.
"Kamu ini bagaimana? mana mungkin aku menerima cinta Fahri!"
"Kenapa tidak?!"
Fatwa memotong kalimatku.
"Kamu tahu, kalau saat ini, aku belum siap"
Kutatap Fatwa dengan segenap perasaanku, ingin kukatakan padanya bahwa luka masa lalu hingga saat ini belum memberiku izin untuk kembali menggores sebuah nama sebagai pengganti cinta yang telah hilang, tetapi aku ini tak kuasa berkata apapun.
"Kau gadis yang beruntung, Ija, Fahri laki-laki yang baik,"
"Aku tidak neragukan kebaikan Fahri, tetapi untuk saat ini rasanya berat untuk memulai lagi."
Fatwa terdiam, kemudian melangkah keluar sambil memasang ransel dipunggungnya, tinggalla aku sendiri dirumah dengan perasaan tak karuan, bingung harus berbuat apa, akhirnya aku mengambil secarik kertas untuk membalas surat Fahri.
Untuk
Fahri yang dalam rahmat Tuhan
Fahri, sebelumnya aku mengucapkan seribu terima kasih atas suratnya dan juga selaksa terima kasih atas perhatiannya, tetapi sekaligus kusisipkan berjuta rasa sesal dan permohonan maaf yang sedalam-dalamnya, jika dalam surat ini ada segores kata yang tak berkenan dihatimu dan juga jika balasannya tidak sesuai dengan yang kamu harapkan, tapi sungguh, aku merasa sangat tersanjung. Sekali lagi trima kasih atas suratnya
Fahri
Harus aku akui sejujur-jujurnya, bahwa engkau adalah laki-laki yang paling baik yang pernah aku kenal, engkau hadir laksana malaikat yang menyelamatkanku saat aku sudah berada di ujung keputusasaan, kemudian kamu membantuku mendapatkan pekerjaan dan kemuliaan hatimu pula aku bisa seperti sekarang, bisa menatap masa depanku yang tak pasti, karena keluhuran budimu aku menjadi manusia yang merasa cukup berharga, ketika semua orang menatap jijik kearahku, engkau begitu berani mencintaiku tampa perduli dengan latarbelakang kehidupanku
Fahri
Hatimu begitu mulia, banyak gadis yang shaleh pasti akan sangat bahagia mendapatkan cinta darimu, maafkan aku, jangan kau anggap ini sebagai penolakan, tetapi ini ungkapan perasaan hatiku yang sesungguhnya, sekarang ini aku lebih fokus untuk memperbaiki diri dan kehidupanku, maafkan aku, jangan sia-siakan hidupmu hanya untuk gadis seperti diriku.
Fahri
Engkau tak perlu bersujud dikakiku untuk hal ini, lupakanla cintamu padaku, dan jangan jadikan ini sebagai beban untuk tetap menjalin persaudaraan diantara kita. Apapun yang terjadi, engkau dimataku adalah laki-laki terbaik yang pernah hadir dalam hidupku, sungguh suatu keberuntungan bagiku karena diberi kesempatan mengenalmu, semoga kebahagiaan senantiasa menyertai hidupmu.
Hadijah.
bersambung
Enjoyed this article? Stay informed by joining our newsletter!