Diatas jari jemari temaram
Kepingan narasi bermain-main
Pelataran naluri yang terpanggang
Langit menjuntai
Mengintip hening memeluk dengan lantang
Pada setiap petang
Mari pulang
Di kaki gunung
Irama luka telah berdiskusi
Yang separuhnya hampir luruh
Namun, kembali runtuh
Wajahnya mengharu biru
Tangan kosong memegang asa
Lagi-lagi terperosok di dalam jurang yang sama
Luka pun meraung dari antah berantah.
Enjoyed this article? Stay informed by joining our newsletter!