Menggeremang, berdesir,
Tersentuh angin rindu memang begitu
Antara ada dan tiada rindu menyala,
Terasa bangkit dan berdiri setinggi gunung pasir
Melayang, melanglang buana rindu
Tak pernah menyerah tuk mengolah mendapatkan keindahan bunyi
Kau jugakah yang mengirim nada-nada indah semalam?
Menuliskan salam rindu untuk memberi sinyal kepada hatiku?
Karena cinta ingin tahu, dapatkah engkau bersembunyi dari anugerah-Nya
Karena rindu memang gaib, tak bisa diraba tak bisa dipandang
Beruntun kemudian adalah rentetan tunggu-menunggu saja
Membayang-bayang di pelupuk mata,
Mengiang-ngiang di telinga, menjadikannya tuli dan buta pada dunia yang gempita,
Menganggap sepi segala yang ada
Menarikan kata demi kata, menenun kalimat,
Ada apa denganmu, Cinta
Maka dengarlah rahasiaku,
Gelisah rinduku bergelora siang dan malam
Rahasia sunyi meminta aku untuk berani
Harusnya kusiapkan pedang, tombak,
Atau busur dan anak panah
Sebagai senjata penakluk dekapan gigil rindu
Mungkin dialah pengutil itu, pencuri hatiku, wahai rindu
Dia telah membawa separuh kesadaranku tanpa permisi
Aduhai kepayang hati,
Kemana pikiranku, seperti Majnun di lembah para pecinta itu?
Rindu adalah bilik surga para pecinta
Memenuhi daerah hati,
Sampai kantuk benar-benar tak memberi ruang lagi tuk berbagi
Kupilih diantara yang terpilih,
Menikmati semua tentangmu yang bersahaja alamiah
Rindu, memang dicipta spesial untuk makhluk bernama manusia
Aku menyerah, nyatanya rindu telah melayang ke negeri awan pikiran
Merayuku, memenuhi pipiku dengan rupa-rupa kemujudan hati
Melekat, menyatu dalam nadi, menyesap segala aroma mimpi
Tak penting siapa aku, yang lebih penting adalah kamu
Dengarlah rindu, tak sanggup aku menahan beban ketakjuban itu
Hingga aku tertatih tersuruk-suruk aku tak peduli
Kutangkap segala yang berwajah dia
Wahai rindu penuh misteri, tak menjangkau akalku mendekati
Tak usai-usai tak ada habisnya
Enjoyed this article? Stay informed by joining our newsletter!