"Mencintai dengan angkuh"
Berseling waktu aku menemanimu, ada rasa yang bersembunyi dibalik layar pertemanan. Terasa janggal, aku tidak ingin ego ini merusak tatanan atmosfer persahabatan.
Hai, kak..
"Hai"
Dari hari ke hari ceritamu mulai hilang yang sebelumnya berandaku penuh kesan, sekarang hanya tertinggal beberapa kata namun membibit dalam pikiran "Jangan begadang, kak".
Hati wanita sungguh sedalam lautan. Sulit untuk kau terka antara Iya namun Tidak, setipis ombak beriak dibibir pasir pantai terhuyung kembali lepas. Meninggalkan tanda tanya...
Bagaimana kau tahu aku pria yang aktif dibawah rembulan, apa kau sekarang menjadi seorang stalker, atau karena kau terbiasa menjadikan aku haluan cerita sesampainya kau hapal.
Tapi aku hanya manusia seutuhnya, jika aku tak bertanya atau bahkan angkuh untuk menyatakan. Kalimat yang tersusun ini akan selalu membuat gusar disaat detak jantung menabuh gendang.
Ya aku siap, sebenernya aku enggan bertanya dengan nada memaksa. Enggan menerima penolakan dan berakhir membuang jauh pandangan. Sejujurnya apa kau mencintaiku, jangan beri aku ambigu cukup Iya atau Tidak.
Kalau pun tidak itu bukan akhir kita, hanya kehendak hati yang memaksa mencari jawabnya. Kalau iya, berakhir sudah kekacauan membelit pikiran yang acuh terhadap kehendak mata yang ingin selalu menatap mata.
Aku tunggu pada malam, diwaktu yang sama diawal kau merubah haluan menjadikan aku dermaga perhatian.
[Dialog hati]
Enjoyed this article? Stay informed by joining our newsletter!