Aku adalah waktu
Yang tidak dapat dipercepat maupun diperlambat
Aku adalah kamu
Yang akan mengantar pulang dan pergimu
Kamu adalah berlian
Yang ditenggelamkan oleh lumpur kehidupan
Dan aku tidak mampu menolongmu
Manusia diciptakan dari sekepal darah yang dipadatkan. Terlahir dari Rahim yang menyuburkan kehidupan. Hadirnya perempuan dalam kehidupan yang mapan. Ditakdirkan sebagai managemen keuangan. Keberadaannya mengisyaratkan keagungan Tuhan. Bahwa perempuan mampu mengarahkan imam ke jalan yang benar.
Kehidupan ialah sebuah isyarat nahrowi. Menebarkan cinta dan kebencian. Cinta hadir sebagai alur pengasihan. Kebencian hadir sebagai jiwa yang tidak tenang. Apalah gunanya kehidupan jika dikelilingi oleh rasa dendam. Bukankah cinta kasih tidak pernah dibatasi oleh kemapanan materi. Namun mengapa cinta kasih harus mengekang hadirnya uang. Uang adalah pemberi batas akan cinta kasih.
Aku hanyalah seonggok debu yang mudah melebur. Uang tidak akan mampu memadatkan setiap jasad. Bukankah fir'aun representasi dari kesombongan manusia. Bahwa kematian akan merenggut kehidupan manusia. Kekayaan dan kekuasaan tidak mampu memberikan manusia kekekalan.
Aku hanyalah mahluk yang dibodohkan. Oleh kehadiran uang yang fana. Materi tidak akan pernah dibawa mati sebagai bekal kematian. Aku tidak seperti leluhurku yang mempercayai kisah kendaraan pengantar kematian. Karena aku memiliki cara pandang sendiri akan kematianku. Dari situlah, aku memahami proses kehidupan dan kematian.
Hadirmu hanya menjadi duri kehidupan. Memperlambat cara pandangku memaknai kehidupan. Memperlambat cara berfikirku memaknai kematian. Keinginan yang kuat untuk meninggalkan merupakan suatu jalan. Kisah perjalanan yang akan berhenti saat kematian itu menjemput. Bukankah kehidupan sebatas tempat singgah?
Enjoyed this article? Stay informed by joining our newsletter!