Aku baru saja mengalami badai yang menurutku cukup hebat
Tapi tentu tak seberapa bagi orang-orang yang kuat
Aku melaluinya tanpa persiapan
Karena semula kukira ia rahmat
Aku sejenak terombang-ambing
Aku yang awalnya kukira batu yang tegar, tertatih dalam kelemahan yang paling
Memori otak berganti isi
Tapi beberapa luka belum sebenarnya pulih
Takut dan harap saling merangkul
Kendatipun sebenarnya bahagia menanti untuk kupikul
Kadang, di sela rintik hujan, aku memaksa otakku memutar hal manis
Dengan harap ia mampu mengusir setiap kejadian tragis
Tak ada yang bisa kulakukan selain mengganti tetes hati yang berpeluh dengan doa
Tetes air mata dengan harap
Untuk kemudian kujadikan pondasi paling tangguh
Yang bahkan batinku pun tak mampu meruntuhkan
Aku,,
Akan selalu menjadi seorang wanita yang menyiram kebahagiaanku
Agar tumbuh sempurna
Tanpa kemudian mengerontangkan kebahagiaan orang lain
Tanpa meluluhlantakkan pondasi harap orang lain
Kiranya begitu, orangtuaku mengajariku bertumbuh
Enjoyed this article? Stay informed by joining our newsletter!