FEBIAN AMORA 1
wahai engkau (kekasihku)
dari beranda rumah tua ini
wajahmu masih mekar diantara celah-celah dinding
dengan potretmu yang tak lagi berwarna
aku menyaksikannya dengan air mata
cinta tak berarti jika ruang tak menampung kehendakmu
sama halnya dengan rindu jika waktu tak mencatatnya
aku yang saat itu lemah
hilang rasa (mencintai)
bahkan tak lagi bersayap untuk menggapainya
perlahan bergairah oleh indahnya bunga-bunga mekar di kedua bola matamu
dan kini: kita bagai terang
memancarkan tak perlu diminta
untuk memberi jiwa-jiwa yang lapar
menuju tingkat terindah yakni dua hati satu hembusan
teruslah menjadi pelangi di musim penghujan
sekali memberi keindahan untuk dikenang
oleh mereka yang haus akan kejujuran
satu nama untuk satu dunia dan akhirat
***
CATATAN HUJAN DI HARI ESOK
hujan adalah saksi bagi dua insan yang polos menakar butir-butir kepastian
menukar ayat menanti kebijaksaan
tentang arti sebuah jejak di hari esok
dan basahnya kuntum yang mekar ini untuk menyatakan bahwa rindu benar-benar tak mengingkari kedatangannya
***
DUSUN KECIL DI PINGGIR TELAGA
dari sudut dusun kecil yang hening
lambaian dedaunan riang mewartakan dahaga
burung-burung bernyanyi memanggil ingatan anak-anak perantau
di beranda sabana yang membangkitkan naluri
tubuh-tubuh yang letih dibaringkan dengan ingatan potret kekasihnya
di sini kita bagaikan sepasang merpati yang sedang lapar dalam cinta
***
RINDU 1
rindu adalah sebuah renungan untuk mempercepat kebersamaan
sebab yang merindu dan yang dirindu sama-sama haus dalam cinta
dan rindu adalah kejujuran
di mana dua insan yang tak bersalah
rela membagi waktunya untuk saling berbagi ingatan
***
Batas Kota, 03 April 2020
Pic: pixabay.com
Enjoyed this article? Stay informed by joining our newsletter!